Suatu malam hujan turun
dengan lebat diiringi angin kencang dan petir yang menyam
bar-nyambar. Malam itu telepon berdering di rumah seorang
dokter.
'Istri saya sakit,'' terdengar suara minta pertolongan.
''Dia sangat membutuhkan dokter segera."
Si dokter menjawab, ''Dapatkah bapak menjemput saya
sekarang? Mobil saya sedang masuk bengkel.''
Mendengar jawaban itu, lelaki tersebut menjadi berang.
''Apa?!'' katanya dengan marah. ''Saya harus pergi
menjemput dokter pada malam yang berhujan lebat seperti
ini?''
Coba Anda renungkan cerita inspiratif diatas.
Seperti yang sudah saya paparkan dalam rubrik ini bulan
lalu, kita senantiasa meminta sesuatu kepada orang lain.
Sayangnya, kita seringkali lupa untuk memberi. Kita tak
sadar bahwa apapun yang kita berikan sebenarnya adalah
untuk diri kita sendiri, bukan untuk siapa-siapa.
Di dunia ini tak ada yang gratis. Segala sesuatu ada
harganya. Seperti halnya membe li barang, Anda harus
memberi terlebih dahulu sebelum meminta barang tersebut.
Kalau Anda seorang penjual, Anda pun harus memberikan
pelayanan dan mencipta kan produk sebelum meminta imbalan
jasa Anda.
Inilah konsep ''memberi sebelum meminta'' yang sayangnya
sering kita lupakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Padahal ''memberi sebelum meminta'' adalah sebuah hukum
alam.
Kalau Anda ingin anak Anda mendengarkan apa yang Anda
katakan, Andalah yang harus memulai dengan mendengarkan
keluh kesah mereka.
Kalau Anda ingin karyawan atau bawahan Anda bekerja dengan
giat, Andalah yang harus memulai dengan memberikan
perhatian, dan lingkungan kerja yang kondusif. Kalau Anda
ingin disenangi dalam pergaulan, Anda harus memulainya
dengan. memberikan bantuan dan keperdulian kepada orang
lain.
Orang yang tak mau memberi adalah mereka yang senantiasa
dihantui perasaan takut miskin. Inilah orang-orang yang
''miskin'' dalam arti yang sesungguhnya.
Padahal, di dunia ini berlaku hukum kekekalan energi.
Kalau Anda memberikan energi positif kepada dunia, energi
itu tak akan hilang. Ia
pasti kembali kepada Anda.
Persoalannya, banyak orang mengharapkan imbalan perbuatan
baiknya langsung dari orang yang ditolongnya.
Ini suatu kesalahan. Dengan melakukan hal itu, Anda justru
membuat bantuan tersebut menjadi tak bernilai.
Anda mempraktikkan manajemen ''Ada Udang Di Balik Batu.''
Anda tak ikhlas dan tak
tulus. Ini pasti segera dapat dirasakan oleh orang yang
menerima pemberian Anda.
Jadi, alih-alih menciptakan kepercayaan pemberian Anda
malah akan menghasilkan kecurigaan.
Agar dapat efektif, Anda harus berperilaku seperti sang
surya yang memberi tanpa mengharapkan imbalannya.
Untuk itu tak cukup memberikan harta saja, Anda juga harus
memberikan diri Anda, dari
hati Anda yang paling dalam. Jangan pernah memikirkan
imbalannya. Anda hanya perlu percaya bahwa apapun yang
Anda berikan suatu ketika pasti kembali kepada Anda. Ini
merupakan suatu keniscayaan, suatu hukum alam yang sejati.
Sebetulnya semua orang di dunia ini senantiasa memikirkan
kepentingan dirinya sendiri. Namun, kita dapat
membedakannya menjadi dua tipe orang.
Orang pertama kita sebut sebagai orang yang egois.
Merekalah orang yang selalu meminta tetapi tak pernah
memberikan apapun untuk orang lain. Orang ini pasti
dibenci dimana pun ia berada.
Jenis orang kedua adalah orang yang juga mementingkan diri
sendiri, tetapi dengan cara mementingkan orang lain.
Mereka membuat orang lain bahagia agar mereka sendiri
menjadi bahagia. Ini sebenarnya juga konsep mementingkan
diri sendiri tetapi sudah diperhalus.
Kalau Anda selalu memberikan perhatian dan bantuan kepada
orang lain, banyak orang yang akan menghormati dan
membantu Anda. Kalau demikian, Anda sebenarnya sedang
berbuat baik pada diri Anda sendiri.
Bagaimana kalau Anda membaktikan diri Anda untuk menolong
anak-anak terlantar dan orang-orang miskin?
Ini pun sebenarnya adalah tindakan ''mementingkan diri
sendiri dengan cara mementingkan orang lain.''
Anda mungkin tak setuju dan mengatakan, ''Bukankah saya
tidak mendapatkan
apa-apa. Saya kan bekerja dengan sukarela.
Memang benar, Anda tidak mendapatkan apa-apa secara
materi, tetapi apakah Anda sama sekali tidak mendapatkan
apa-apa? Jangan salah, Anda tetap akan mendapat kan
sesuatu yaitu kepuasan batin. Kepuasan batin inilah yang
Anda cari. Anda membantu orang lain supaya mendapatkan hal
ini.
Jadi, apapun yang kita lakukan di dunia ini semuanya
adalah untuk kepentingan kita sendiri.
Orang-orang yang egois sama sekali tak memahami hal ini.
Mereka tak sadar
bahwa mereka sedang merusak diri mereka sendiri.
Sementara orang-orang yang baik budinya sadar bahwa
kesuksesan dan kebahagiaan baru dapat dicapai kalau kita
membuat orang lain senang, menang, dan bahagia.
Hanya dengan cara itulah kita akan dapat menikmati
kemenangan kita dalam jangka panjang.
Inilah hukum Menang-Menang (win-win) yang berlaku dimana
saja, kapan saja dan untuk siapa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar